GERD dan Asam Lambung: Mitos atau Fakta? Stres Jadi Pemicunya?

- 1.1. Stres dan GERD: Hubungan yang Masih Diperdebatkan
Table of Contents
Stres dan GERD: Hubungan yang Masih Diperdebatkan
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah kondisi yang ditandai dengan naiknya asam lambung ke kerongkongan, menyebabkan sensasi terbakar dan nyeri pada dada (heartburn).
Hubungan antara stres dan GERD masih menjadi perdebatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres dapat memperburuk gejala GERD, sementara penelitian lain tidak menemukan bukti yang mendukung hal tersebut.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Gastroenterology pada tahun 1993 menemukan bahwa orang dengan GERD yang mengalami stres melaporkan gejala yang lebih menyakitkan, tetapi tidak ada peningkatan kadar asam lambung.
Namun, studi lain yang diterbitkan dalam Gastroenterology pada tahun 2008 menunjukkan hasil yang berbeda. Studi ini menemukan bahwa stres dapat menyebabkan penurunan fungsi otot sfingter esofagus bagian bawah, yang menghubungkan lambung dan kerongkongan.
Ketika otot sfingter esofagus bagian bawah melemah, asam lambung dapat lebih mudah naik ke kerongkongan, menyebabkan gejala GERD.
Meskipun hubungan antara stres dan GERD masih belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa cara untuk mengelola stres yang dapat membantu mengurangi gejala GERD, seperti:
- Olahraga ringan
- Menghindari makanan pemicu asam lambung, seperti makanan pedas dan asam
- Tidur yang cukup
- Melakukan relaksasi
- Mencari hiburan
- Bermain dengan hewan peliharaan
Jika Anda mengalami gejala GERD, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
✦ Tanya AI